Masyarakat adat Dusun Nggolo Neso, Mbay, Pulau Flores setiap setahun sekali mengadakan acara mbela atau tinju adat. Ritual adat ini melibatkan anak-anak hingga pemuda untuk melakukan pertarungan satu persatu. Pertarungan ini menggunakan senjata berupa tongkat sepanjang satu jengkal tangan orang dewasa. Alat ini terbuat dari kayu dan diolesi oleh bubuk pecahan kaca.
Leonardus Lako Hale, 46 tahun, mengatakan ritual adat ini melambangkan kemenangan leluhur mereka ketika berhadapan dengan musuh. Pertarungan antar gladiator dari Mbay ini berlangsung singkat namun keras. Tidak ada pihak pemenang maupun kalah. Adat melarang keras terjadi aksi balas dendam dan pertarungan di luar arena tarung.
Arena tarung ini seluas setengah lapangan sepakbola dan berdebu. Dan dikelilingi oleh pagar batu yang membentuk persegi panjang setinggi setengah meter.
Saya menyaksikan ritual adat ini ketika hendak menuju Pantai Riung, Pulau Flores. Ratusan penduduk berkumpul dan menunggu acara pertarungan tersebut. Mereka datang menggunakan sepeda motor, bis hingga berjalan kaki. Suara riuh penonton terdengar ketika para gladiator ini turun ke lapangan. Penonton tampak kegirangan dan saling berteriak memanaskan pertarungan tersebut.
Kondisi keadaan Dusun Nggolo Neso kering kerontang. Terik matahari membuat rerumputan dan pohon kering. Udara terasa panas di kulit. Bukit-bukit terlihat keras dan berpasir. Pemandangan tersebut mengingatkan pada kondisi pemandangan savana di Afrika.
Perumahan penduduk saling berjauhan. Bahan rumah terbuat dari bambu dan beratap daun lontar yang kering. Warga mengandalkan pada peternakan sapi pedaging, kerbau, ayam, babi dan kambing. Tidak tampak kawasan pertanian di sini. Air menjadi barang mewah dan sulit didapatkan oleh warga sekitar.
Sulit mencari tempat berteduh. Di sini hanya Pohon Lontar yang bisa tumbuh. Dan semak rumput kering yang meninggalkan ranting-ranting mati. Suara angin terdengar bergemuruh di atas bukit yang berbatu. Sesekali burung liar hinggap dan menyiulkan bunyinya yang tampak terdengar asing di tempat seperti ini.
Tidak mudah membayangkan bagaimana kehidupan di Dusun Nggolo Neso, Mbay ini. Kondisi alam yang kering membuat hidup warga berjalan keras. Seperti terlihat pada pertarungan antar gladiator itu.
Leonardus Lako Hale, 46 tahun, mengatakan ritual adat ini melambangkan kemenangan leluhur mereka ketika berhadapan dengan musuh. Pertarungan antar gladiator dari Mbay ini berlangsung singkat namun keras. Tidak ada pihak pemenang maupun kalah. Adat melarang keras terjadi aksi balas dendam dan pertarungan di luar arena tarung.
Arena tarung ini seluas setengah lapangan sepakbola dan berdebu. Dan dikelilingi oleh pagar batu yang membentuk persegi panjang setinggi setengah meter.
Saya menyaksikan ritual adat ini ketika hendak menuju Pantai Riung, Pulau Flores. Ratusan penduduk berkumpul dan menunggu acara pertarungan tersebut. Mereka datang menggunakan sepeda motor, bis hingga berjalan kaki. Suara riuh penonton terdengar ketika para gladiator ini turun ke lapangan. Penonton tampak kegirangan dan saling berteriak memanaskan pertarungan tersebut.
Kondisi keadaan Dusun Nggolo Neso kering kerontang. Terik matahari membuat rerumputan dan pohon kering. Udara terasa panas di kulit. Bukit-bukit terlihat keras dan berpasir. Pemandangan tersebut mengingatkan pada kondisi pemandangan savana di Afrika.
Perumahan penduduk saling berjauhan. Bahan rumah terbuat dari bambu dan beratap daun lontar yang kering. Warga mengandalkan pada peternakan sapi pedaging, kerbau, ayam, babi dan kambing. Tidak tampak kawasan pertanian di sini. Air menjadi barang mewah dan sulit didapatkan oleh warga sekitar.
Sulit mencari tempat berteduh. Di sini hanya Pohon Lontar yang bisa tumbuh. Dan semak rumput kering yang meninggalkan ranting-ranting mati. Suara angin terdengar bergemuruh di atas bukit yang berbatu. Sesekali burung liar hinggap dan menyiulkan bunyinya yang tampak terdengar asing di tempat seperti ini.
Tidak mudah membayangkan bagaimana kehidupan di Dusun Nggolo Neso, Mbay ini. Kondisi alam yang kering membuat hidup warga berjalan keras. Seperti terlihat pada pertarungan antar gladiator itu.
by Ahmad Yunus