Druid Hills, Trauma dan rasa takut merupakan sebuah respons biokimia di otak. Peneliti tengah mempelajari hal ini, agar suatu saat nanti bisa mengembangkan obat untuk mengatasi rasa takut yang aman untuk digunakan.
Dikutip dari LiveScience, Senin (2/8/2010), respons tersebut melibatkan senyawa yang disebut Brain Derived Neurothropic Factor (BDNF) yang dihasilkan di bagian prefrontal cortex. Selain memicu rasa takut, senyawa tersebut juga berfungsi mengendalikan rasa takut.
Kerry Ressler, seorang profesor psikiatri di Emory University School of Medicine mengungkap hal itu saat mempelajari perilaku binatang dalam mengendalikan rasa takut.
Pada tikus, bagian otak yang melepaskan BDNF menentukan fungsi dari senyawa tersebut. Jika dilepaskan di bagian prelimbic dari prefrontal cortex, maka BDNF akan memanggil ingatan akan rasa takut atau trauma. Sedangkan jika dilepaskan di bagian infralimbic, maka senyawa tersebut akan mengatasi gelisah dan rasa takut.
Kadar senyawa yang dilepaskan juga dapat mempengaruhi efeknya terhadap rasa takut. Ketika kadar BDNF di otak menurun, tikus-tikus yang digunakan dalam eksperimen tersebut mengalami kesulitan mengingat trauma yang dialami.
Prof Ressler menduga, mekanisme yang sama juga terjadi pada otak manusia. Jika dugaannya benar, maka temuan tersebut akan membantu memahami dan mengatasi gangguan emosi yang berhubungan dengan trauma, misalnya post traumatic stress disorder (PTSD).
Penelitian Ressler ini memperkuat temuan sebelumnya, yang menunjukkan kaitan mekanisme biokimiawi otak dengan rasa takut. Salah satunya adalah penelitian Ressler sendiri, bahwa salah satu obat TBC yakni D-cycloserine bisa digunakan untuk menangani penderita gangguan kegelisahan.
Dikutip dari LiveScience, Senin (2/8/2010), respons tersebut melibatkan senyawa yang disebut Brain Derived Neurothropic Factor (BDNF) yang dihasilkan di bagian prefrontal cortex. Selain memicu rasa takut, senyawa tersebut juga berfungsi mengendalikan rasa takut.
Kerry Ressler, seorang profesor psikiatri di Emory University School of Medicine mengungkap hal itu saat mempelajari perilaku binatang dalam mengendalikan rasa takut.
Pada tikus, bagian otak yang melepaskan BDNF menentukan fungsi dari senyawa tersebut. Jika dilepaskan di bagian prelimbic dari prefrontal cortex, maka BDNF akan memanggil ingatan akan rasa takut atau trauma. Sedangkan jika dilepaskan di bagian infralimbic, maka senyawa tersebut akan mengatasi gelisah dan rasa takut.
Kadar senyawa yang dilepaskan juga dapat mempengaruhi efeknya terhadap rasa takut. Ketika kadar BDNF di otak menurun, tikus-tikus yang digunakan dalam eksperimen tersebut mengalami kesulitan mengingat trauma yang dialami.
Prof Ressler menduga, mekanisme yang sama juga terjadi pada otak manusia. Jika dugaannya benar, maka temuan tersebut akan membantu memahami dan mengatasi gangguan emosi yang berhubungan dengan trauma, misalnya post traumatic stress disorder (PTSD).
Penelitian Ressler ini memperkuat temuan sebelumnya, yang menunjukkan kaitan mekanisme biokimiawi otak dengan rasa takut. Salah satunya adalah penelitian Ressler sendiri, bahwa salah satu obat TBC yakni D-cycloserine bisa digunakan untuk menangani penderita gangguan kegelisahan.
detikHealth.com
Baca Juga :- Jangan Saling Meminjam Gunting Kuku
- Mengapa Bisa Bau Kaki
- Selaput Dara Bukan Ukuran Virginitas
- Fakta Seputar Air Mani
- Bahaya Tidur Berlebihan