Translate

Minggu, Juni 20, 2010

Kisah Indonesia di Piala Dunia 02

Alkisah, Piala Dunia 1938 rupanya berlangsung panas. Tatkala FIFA memutuskan Prancis sebagai tuan rumah, protes muncul dari negara-negara Amerika Selatan. Argentina dan Uruguay mundur, dan diikuti oleh negara lain.
Akibatnya, yang bertanding di babak kualifikasi kian sedikit. Berada di Grup 12, Hindia Belanda harusnya melawan Jepang. Tapi akibat bertikai dengan Cina, Jepang lalu mundur.
Di tanah air, soal siapa yang berangkat juga sempat memicu pertengkaran. Pada mulanya, NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau Organisasi Sepakbola Hindia-Belanda di Batavia ngotot utusan mereka harusnya berangkat ke hajatan bola sejagat itu.
Sementara, sejumlah klub sepak bola nasionalis di bawah PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia) ingin pemain mereka lah yang dikirimkan.
PSSI berdiri pada 19 April 1930. Ketuanya Soeratin Sosrosoegondo, seorang insinyur lulusan Jerman. Soeratin juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia.
Sejumlah tokoh pejuang Indonesia mendukung terbentuknya wadah ini sebagai tindak lanjut Sumpah Pemuda 1928. Semangatnya, kurang lebih ingin membuat atlit pribumi tak bergantung pada wadah sepak bola milik kolonial.
PSSI melakoni peran itu dengan baik. Pada 1937, NIVU mengajak wadah pesepak bola nasionalis ini memantau perkembangan para pemain cakap. Secara politik, ini adalah pengakuan Belanda buat wadah anak negeri itu.
Pada 5 Januari 1937, ada kesepakatan antara NIVU dan PSSI, bahwa keduanya menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda. Keduanya meneken perjanjian, atau Gentlement’s Agreement. Aantara lain tertulis di sana: “karena perdjanjian ini, maka tak moengkin bila oleh salah satoe putjuk pimpinan diadakan pertandingan dengan Kesebelasan loear negeri, fihak jang lain dapat ambil bagian”.
Berdasarkan itu, keduanya menggelar pertandingan untuk seleksi tim ke Piala Dunia. Tapi NIVU tak tepat janji, mereka justru memberangkatkan tim bentukannya.

Tapi Soeratin menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, begitu NIVU mempunyai hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Celakanya FIFA mengakui NIVU sebagai wakil Dutch East Indies.
Perjanjian Gentlement's Agreement itupun dibatalkan oleh PSSI. Itu sebabnya, NIVU lalu membuka kesempatan bagi pemain Tionghoa Surabaya ambil bagian dalam tim itu.
Pada 18 Maret 1938, berangkatlah tim Piala Dunia dari Hindia Belanda. Mereka naik Kapal MS Johan van Oldenbarnevelt dari Tandjong Priok, Batavia, lalu berlayar menuju Belanda. Setelah sempat dihajar badai petir dalam pelayaaran beberapa pekan, tim itu tiba di Rotterdam.
Di sana, sesuai aturan panitia Piala Dunia, tim Hindia Belanda harus melewati pertandingan play-off dengan Amerika Serikat. Jadwalnya, pada 20 Mei 1938.
Tapi saat tim tiba di Den Haag sehari sebelum pertandingan, mereka mendengar berita Amerika Serikat tak mau bertanding play-off.
Vivanews.com